Tuesday, February 12, 2008

IVAN "SCUMBAG":PIONEER BEGUNDAL BKHC


Gue dapetin buku ini langsung saat launching di Commonroom Bandung tgl 11 Nov 2007. kebetulan gue dapet undangannya dari Friendster langsung dari sang penulis. Berhubung istri mengajak utk temu kangen dengan keluarganya, maka sekalian aja gue dateng kesana. Pengennya sih saat itu gue ngobrol dg sobat gue ini, apa daya mlm itu ia sibuk dg para penggemar & kawan lainnya. Ya sdh, mungkin lain waktu gue bisa ngobrol ngalor ngidul dgnya.
Hrsnya gue baca ini buku juga tdk dalam waktu dekat ini. Karena saat ini gue lagi menamatkan buku Bags of Bonesnya Stephen King. Tapi kyknya buku ini sangat menggoda sekali utk dibaca. Pada akhirnya, buku si Stephen harus rela di serobot utk membaca ini buku. Dan ternyata gue terhanyut dlm alur penuturan sang penulisnya.
Terus terang membaca buku ini gue seolah kembali ke masa lalu saat gue masih kuliah di Bandung. Kampus Unpad, Kansas, PSBJ, kantin Pedca, pelataran studio photo Palapa Ujung Berung, kosan Macho, hingar bingar Bandung Berisik & beberapa gig musik bawahtanah lainnya, “berlayar” dg cannabis, & tentu saja Burgerkill (I’m one of their fans, you know!). Bernostalgia dg Opik, Kimung, Agus, Mery, Sari (& tentu saja Paprika), Iiet, Arseindy, Ibeng, Toni, serta semua penghuni kosan Macho. Meski barangkali memori dg mereka hanya sepintas lalu saja, tapi cukup terhanyut hingga membuat ingin mengulang semua memori itu. & tanpa sadar gue jadi merenungi perjalanan hidup yg sdh gue jalanin selama ini. Membaca buku ini gue bagai menyusuri kembali temaram kota Bandung berikut dg aktivitas yg pernah gue lalui. Yup! Bagai meyusun kembali kepingan puzzle yg tercecer sepanjang kota Bandung...begitu kalo ga salah sang penulis mengilustrasikan proses penyusunan buku ini!
Buku ini membuktikan bahwa jika tekad sdh berkeras kepala, apapun konsekwensi yg akan dihadapi bakal terlalui. Komunitas bawah tanah bukan hanya sekedar trend yg mampu padam seiring waktu berlanjut. Dan ini sepertinya yg diyakini oleh Ivan (alm) beserta kawan-kawannya. Kecintaan dan dedikasi pd musik bawah tanah, membuat gue terkesima! Dibalik keugal-ugalannya yg begundal, dia mampu memberikan kontribusi yg cukup signifikan pd perkembangan musik bawah tanah. Hal ini bukanlah suatu hal yg mudah utk memajukan musik bawah tanah, dimana musik ini diposisikan menjadi anak tiri dlm peta musik di Indonesia, musik yg langsung di labeli rusuh, anarkis, dan segala macam label negatif lainnya yg dilekatkan tanpa kompromi. Padahal apabila lbh dicermati, pagelaran musik bawah tanah lbh sedikit memakan korban jiwa dibanding musik pop. Tahukah elo kalo hampir tiap kali band Peterpan, Sheila on 7, Ungu, Dewa, Slank atau band pop( ini dari kependekan kata “populer”, kan???) lainnya mengadakan gig di daerah acapkali memakan korban jiwa krn terhimpit, terinjak-injak, dehidrasi atau terluka? Pernahkah gig Burgerkill atau band bawah tanah lainnya memakan korban jiwa yg cukup signifikan? Kalo cuma lecet atau biru lebam akibat moshing, stage diving , slamming, atau atau yg lainnya...itu sih kenikmatan tersendiri dong!
Disini gue bukannya ingin mendiskreditkan genre musik lain! Gue Cuma ingin orang menilai dan memposisikan semua genre musik secara sama dan sederajat! Esensi sebuah musik jangan dilihat dari performance ataupun dari distorsinya...tapi dari lirik dan harmonisasi yg tercipta. Lagipula yg namanya musik itu kan selera, jadi harusnya dilarang utk menganak tirikan salah satu genre musik. Industri musik yg ada semestinya mensupport segala genre musik, bukannya malah mengkategorisasikannya utk kemudian menentukan mana yg komersil maupun tdk!
Satu hal lagi insight yg gue dpt dr buku ini, bahwa baik ataupun buruknya prilaku seseorang dimasa lalu tdk selalu selamanya berhub dg masa kini. Bisa saja seseorang memiliki hidup kelam dimasa lalu, namun sekarang ia meninggalkannya dan menjalani hidup yg berbeda. Semua itu kan proses dlm mencari identitas diri utk tetap eksis di dunia ini. Asal dirinya sadar dan komitmen utk merubah diri menuju yg lbh baik, kenapa ragu utk melakukannya? Bukankah kebaikannya nanti yg rasakan diri sendiri? Dan tiada pernah ada kata terlambat dalam merubah diri menuju kebaikan pribadi, bukan...
Ivan (alm) memang seorang “scumbag”! Dg segala kehidupannya yg dekat dan berkawan dg drugs serta kehidupan mlm pekat, tapi bukan berarti ia seorang kriminal! Bahkan ternyata ia adalah seorang yg sangat peduli dg teman-temannya, sensitif serta sayang kepada adik-adiknya. Memang sangat jauh sekali apabila dilihat scr kasat mata dr penampilannya. Tapi itulah “scumbag”, seorang berpenampilan rambo namun berhati rinto! Dibalik segala kebegundalan dan jiwa pemberontaknya, tersimpan nila-nilai kebajikan yg luar biasa. So people, don’t judge a book by its cover!!!
Buku ini menjadi enak utk dibaca dikarenakan sang penulis memiliki peran dlm setiap kejadian yg dirangkainya ke dlm buku ini. Bukan cuma sekedar observer yg menulis kejadian orang lain. Sehingga seperti menyaksikan scr langsung tiap kejadian demi kejadian dlm buku ini. Ah, jadi teringat dg gaya penuturan George Marshall dlm buku Kaum Skinhead (terjemahan buku Skinhead Nation). Takkan puas-puasnya membaca buku ini hanya sekali saja!