Thursday, January 29, 2009

On jOurney tO ciwidey: kaWah putiH & siTu panTenggaNg

Wiken minggu lalu menang sangat berbeda dari biasanya. Biasanya wiken gue habisin dg nongkrong di rumah temen, maen game ampe besoknya, jalan ke mall sambil ngegodain sapa aja (sukur-sukur klo dapet cewe' trus bisa berlanjut ke...), atau bahkan dirumah aja sambil nonton acara tv yg semakin tdk penting (abis, isinya cuma sinetron dg tema sama hanya penyajian yg berbeda!).
Tapi wiken kemarin gue bertamasya ke wisata alam dipinggiran kota Bandung. Emang siy, gue sering ke Bandung, tapi kili ini sangat berbeda dan berkesan sekali. Gue dah ga inget kapan terakhir gue tamasya (dlm arti kata sebenernya) berkunjung ke tempat-tempat wisata alam. Dan akhirnya, gue merasakan sensasinya lagi...
Berangkat dr kota Bandung di hari minggu(25/01), waktu menunjukkan sekitar jam 08:30. Pada jam segitu, jalanan masih relatif kosong dg beberapa titik kepadatan yg tak berarti. Gue ngambil jalur Cibaduyut, yg kemudian menuju ke Soreang utk kemudian sampai di Ciwidey. Perjalanan dari Bandung hingga tiba di tempat tujuan memakan waktu sekitar 2 jam.
Wisata pertama yg gue kiunjung adalah Kawah Putih. Dg modal masuk tiket seharga Rp.10000 ditambah tiket masuk mobil Rp.5000, maka melengganglah gue menyusuri jalan kecil yg berliku, yg dirindangi pepohonan layaknya menerobos hutan. Awalnya tekstur jalannya bagus seperti baru diaspal, namun kemudian jalan berubah menjadi berlubang di sana-sini dg tekstur yg kasar. dan krn sempitnya luas jalan tsb, maka jika ada mobil yg berpapasan kita hrs ekstra hati-hati mengambil tepian jalannya krn banyak batuan yg menjorok keluar. Kurang lbh setengah jam menempuh jalan tsb, akhirnya gue sampai dipuncak kawah gunungnya. Nah sampai disini, biarlah photo-photo ini yg menceritakannya...


Wisata di Kawah Putih ini gue tuntaskan ketika cuaca mulai tdk bersahabat, dg turunnya hujan. saat menuju parkiran, terpikir utk melanjutkan ke wisata alam lainnya yg berada berdekatan yaitu ke situ Patenggang. Yah, mumpung msh di area yg berdekatan jd sekalian aja gue kunjungi. Saat kembali menyusuri jalan kecil tadi, dua kali mobil gue tersangkut pd bebatuan hingga mengeluarkan suara gesekan yg mengiris hati. duh, mobil gue kenapa-napa gak yah????
Balik kejalan utama, mobil gue lajukan dg tenang. Aroma suasana sejuk khas pegunungan begitu terhirup segar. Apalagi dg diguyurnya oleh air hujan, menambah kesegaran yg tercampur dg aroma tanah basah yg menghijau. Dah lupa deh dg peristiwa mobil gue tadi.....
Sampai di gerbang wisata Situ Patenggang, kembali gue merogoh kocek utk membayar tiket masuk orang ma mobilnya. Klo ga salah, per orang dikenakan seharga Rp.2000, sedang mobilnya tetep Rp.5000. Nah, klo disini jalan menuju lokasi wisatanya jauh berbeda dg yg sebelumnya. Jalan yg cukup lapang hingga muat dilalui oleh dua mobil berpapasan dg tekstur jalan yg relatif halus. Hanya saja saat tiba di temapt parkirannya, curam sekali turunannya! Lagipula sangat sempit sekali area parkiran yg tersedia. Namun yg namanya rezeki emang tdk akan kemana, terbukti hanya dg satu putaran langusng dpt parkiran. Tapi yg jd kendala adalah hujan yg turun sepertinya kok cenderung malah membesar yah.... hingga akhirnya terpaksa gue terkurung dlm mobil hingga hujan reda. Tak pelak, hampir satu jam gue berdiam dlm mobil!!! Kesel ma bete campur aduk deh. Ga tahan, gue paksain aja keluar nyari pedagang kakilima yg menjajakan bakso sekaligus menyediakan tempat bersantapnya. Lumayan, pikir gue, daripada dlm mobil bisa-bisa gue mati lemes kekurangan O2.
Aha.....akhirnya hujan reda, perut pun kenyang. Maka langsung aja gue ke Situ Patenggangnya.......eh, dah pada tau kan apa artinya situ dlm bahasa Sunda???? itu artinya adalah danau. Oke, sdh dulu basa-basinya.....biarkan photo-photo ini yg kembali akan bercerita....















Puas sdh perjalanan berwisata hari itu. Dan karena long wiken, maka baru gue sadar klo perjalanan pulang ini macet total!!! Butuh waktu 2 jam hanya utk mencapai alun-alun ciwidey. Tapi semua terbayarkan sudah dg kekaguman atas keindahan ciptaan Illahi. Terlebih-lebih ada yg sangat bahagia sekali karena akhirnya kesampaikan juga keinginannya utk berfoto-foto dikedua lokasi wisata tersebut. Hal ini gue sadari ketika memandang dirinya yg terlelap kecapaian disamping gue tapi seulas senyum terlukis pada wajah cantiknya....
Yup!!! Apapun yg diinginkannya, akan gue lakukan dg kesabaran dan hati ikhlas tanpa pamrih....

Thursday, January 22, 2009

WIJI THUKUL: Peluru Yag Hilang Dalam Euforia Reformasi

HANYA ADA SATU KATA, LAWAN!
Kalimat terasa tdk asing ditelinga. Dulu, saat demonstrasi bergemuruh di era 98, yel-yel ini sering diteriakkan. Bahkan sebuah band punk bandung, JERUJI, hingga membuat lagu utk mengabadikannya. Namun, dari mana asal kalimat ini tercipta, hanya segelintir orang yg tau. Mengapa kalimat tersebut dijadikan ruh dalam aksi-aksi yg berkembang saat itu, memang tdk luput dari asal kalimat itu tercipta.

Wiji Thukul, adalah seorang penyair yg mungkin jarang orang mengenalnya. Puisi-puisinya memang sulit didokumentasikan, karena lebih banyak berserakan dalam media-media perlawanan yg pada jaman orba dianggap subversif. Dianggap subversif, karena puisi-puisinya adalah hasil pergulatan hati nuraninya terhadap kekerasan yg dilakukan oleh negara. Tumbuh dan berkembang dalam keluarga tukang becak, telah membentuk pribadi yg sehari-harinya menikmati kemiskinan dan ketidak adilan. Terdorong oleh keadaan, maka ia pun terlibat pada banyak aksi turun ke jalan menuntut hak petani dan buruh bersama para petani, para buruh, mahasiswa dan kalangan muda yg kritis. Tercatat ia ikut serta dalam aksi protes pencemaran lingkunganyg diakibatkan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli, lalu aksi perjuangan petani di Ngawi. Bahkan ia memimpin aksi pemogokan buruh di PT Sritrex.

Dunia pun mengakui sepak terjangnya dg memberikan penghargaan Wertheim Encourage Award di th 1991 & Yap Thiam Hien di th 2002. Wiji Thukul, bersama dg WS Rendra adalah penerima pertama Yayasan Wertheim yg didirikan utk menghormati sosiolog & ilmuwan Belanda WE Wertheim. Sedang penghargaan Yap Thiam Hien di berikan atas jasanya dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

Akibat aktivitasnya yg dianggap membahayakan kestabilan politik negara, terutama semenjak peristiwa 27 Juli 1996 dimana kantor DPP PDI diserbu, keberadaan Wiji Thukul lenyap. Ia menjadi korban penculikan aktivis yg pada saat itu marak dilakukan oleh negara. Hingga saat ini tak ada satupun yg mengetahui keberadaannya maupun riwayatnya...

Beruntung saya mendapatkan buku kumpulan puisi-puisi yg diberi judul AKU INGIN JADI PELURU, yg diterbitkan Indonesiatera. Ironisnya, pengantar buku puisi ini ditulis oleh Munir SH yg pada akhirnya lagi-lagi menjadi korban negara demi sebuah kestabilan politik penguasa!


PERINGATAN

jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa

kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat tidak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!

Friday, January 2, 2009

LELAKI: "Jika Bukan Seorang Bajingan, Maka Adalah Seorang Banci!!!"

Pernyataan diatas gue denger pas nonton salah satu film lokal yg diputer di RCTI semalem (01/01). Entah apa maksudnya, karena gue sendiri pun tidak mengikuti alur ceritanya dari awal dan tidak selera untuk melanjutkannya hingga akhir.
Tapi rupanya sepenggal kalimat itu membekas dikepala hingga sekarang. Aneh....ada apa gerangan yah??? Apa kira-kira maksudnya yah???
Gue jadi inget pada acara termehek-mehek yang ditayangkan di TransTV, dimana biasanya kasus yang diangkat adalah ketertindasan seorang perempuan yang dicampakkan oleh lelaki. Dari episode yang pernah gue tonton, kebanyakan memang si lelaki lah yang melakukan tindakan semena-mena terhadap pasangannya. Tapi menurut opini pribadi gue siy, ga selalu kok lelaki itu bersalah 100%, meski tetap dia memiliki kadar kesalahan juga. Karena kan mereka melakukan kesalahan itu berdua...
Mari kita highlight kasus hamil diluar nikah! Kan yang melakukan proses itu ya mereka berdua! Sebagai perempuan, harusnya dia mengetahui resikonya! Kan mereka sudah bukan anak kecil yang tidak tau akibatnya bila melakukan hal tersebut. Memang, dalam kondisi itu lelaki punya posisi aman karena tidak akan meninggalkan bekas yang bisa terlihat orang. Dan seharusnya mereka yang mengaku perempuan sudah tau dong konsekwensi itu!!! Lalu kenapa dengan termehek-mehek mereka merasa sedih???
Khilaf!!!! kata-kata sakti yang menjadi pembenaran mereka dalam melakukannya. Tapi kalo ditanya, "emang lo lagi teler waktu itu???". " ah, enggak...". Berarti, apanya yang khilaf????

So...jangan segampang itu deh bilang lelaki itu bajingan!!!! Liat dulu, perempuannya kayak gimana!!!